BITUNG | Medianasionaljurnalis.com
Suasana Pasar Girian pada Sabtu (20/9/2025) dipenuhi keluhan para pedagang. Mereka mengaku jumlah pengunjung semakin berkurang sehingga pendapatan menurun drastis.
Selain sepinya pembeli, sejumlah harga kebutuhan pokok juga mengalami kenaikan meski tidak terlalu besar. Harga ikan fufu misalnya, naik dari Rp17.000 menjadi Rp19.000 per kilogram atau sekitar 12 persen. Sementara harga ayam ukuran jumbo naik dari Rp55.000 menjadi Rp60.000 per ekor, dan ayam ukuran sedang dari Rp50.000 menjadi Rp55.000 per ekor atau naik sekitar 9 persen.
“Sekarang ikan fufu sudah Rp19 ribu per kilo, otomatis harga per ekor juga ikut naik meskipun tidak terlalu besar,” ujar Fandi Onu, salah satu pedagang ikan. Ia mengaku kondisi pasar yang sepi sangat berdampak pada pendapatan hariannya.
Keluhan serupa datang dari pedagang pakaian, Astuti Rahman. Menurutnya, tren belanja online ikut memengaruhi menurunnya jumlah pengunjung pasar. “Pasar makin sepi, mungkin karena sekarang banyak orang lebih memilih belanja online,” ucapnya.
Hal senada disampaikan pedagang cabai, Ibu Igo, yang berjualan di pasar swasta Pasar Girian. Ia menjelaskan, stok barang sebenarnya tetap tersedia, namun pembeli semakin berkurang. Selain itu, harga cabai per bal juga ikut naik karena biaya transportasi pengiriman barang dari luar daerah semakin mahal.
“Pendapatan turun drastis, apalagi biaya sewa lapak per bulan cukup besar. Bukannya mendapat keuntungan, justru kerugian yang kami rasakan. Kami berharap ada solusi supaya pasar bisa kembali ramai seperti dulu,” ungkapnya.
Pedagang ayam di pasar swasta Girian, Idrus Husain, juga menyampaikan keluhan serupa. Menurutnya, kenaikan harga ayam yang tidak dibarengi dengan jumlah pembeli membuat penghasilannya menurun tajam. “Harga ayam naik, pembeli berkurang, ditambah biaya sewa lapak lumayan besar. Kalau begini terus, bukan untung yang didapat, tapi justru kerugian,” keluh Idrus.
Kondisi ini turut dibenarkan oleh Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Komisariat Pasar Girian, Risno Maninggolan. Ia mengungkapkan, banyak pedagang yang mengeluhkan sepinya pengunjung hingga menyebabkan pendapatan menurun drastis. Selain itu, biaya sewa lapak juga cukup besar, sementara harga kebutuhan pokok seperti ikan dan ayam ikut terdampak naiknya biaya transportasi.
“Kami sangat berharap pemerintah daerah segera turun tangan, baik dengan melakukan operasi pasar, menstabilkan harga, maupun mencari solusi jangka panjang agar pengunjung kembali ramai. Pasar tradisional harus tetap hidup karena ini menyangkut keberlangsungan ekonomi masyarakat kecil yang bergantung dari hasil dagang mereka setiap hari,” tegas Risno. Red