Jatim  

Komunitas Kagem Jogja Memberi Cahaya untuk Anak Bangsa

Seleman, Yogyakarta, Jatim.

Sleman, Yogyakarta Nasionaljurnalis.com

“Penyetaraan pendidikan untuk masyarakat yang berada jauh dari kota, menjadi prioritas dan tujuan kami untuk membangun dan mengembangkan Kagem Jogja itu sendiri.

” Demikian kata Naswa salah satu dari anggota pengajar Kagem jogja saat memaparkan sejarah dan tujuan dibentuknya Kagem jogja pada kunjungan mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Sunan Kalijaga untuk study pembelajaran mata kuliah komunikasi kelompok dan organisasi pada Minggu (19/11) di Kagem Jogja Jl. Mandala I, Dayakan, Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Komunitas kagem jogja yang berfokus dalam bidang pendidikan, mulai digagas sejak tahun 2011 oleh founder nya yaitu Ibu Ayik atau biasa dipanggil bunda, atas desakan warga sekitar untuk membantu membimbing anak-anak mereka dalam materi pembelajaran

Karena kebanyakan warga di sana merupakan keluarga kurang mampu sehingga mereka tidak ada waktu untuk membimbing anak-anak mereka setelah sekolah. Kemudian dibangunlah taman baca kecil yang kemudian menjadi awal terbentuknya kagem jogja.

Kagem jogja juga bekerja sama dengan pemerintah sleman untuk mewujudkan kabupaten ramah anak.

“Karena bunda berasal dari latar belakang pendidikan, yang merupakan salah satu dosen pengampu mata kuliah pendidikan di UNY.

Beliau kemudian mendirikan kagem jogja pada tahun 2011 dan disosialisasikan kepada masyarakat secara resmi tahun 2012. Jadi, sudah berdiri sekiar 11 tahun” imbuhnya.

Komunitas kagem jogja mendampingi anak-anak mulai dari tingkat TK, SD, SMP, hingga beberapa anak-anak yang belum usia sekolah (Umur < 4 th) juga ikut dalam kegiatan pembelajarannya.

Jumlah anak didik mereka banyak dan keseluruhannya berasal dari background sekolah yang berbeda-beda. Selain anak didik mereka yang beragam, relawan pelajar yang membantu mendampingi kegiatan pembelajaran juga berasal dari mahasiswa berbagai kampus perguruan tinggi dan jurusan yang ada di Yogyakarta seperti, UII, UGM, UIN, UNY, dan lainnya.

Mereka bergerak menjadi relawan atas desakan hati dan keinginan mereka untuk belajar tanpa mengharapkan imbalan apapun. Para relawan di Kagem Jogja ini biasa disebut sebagai “Punggawa”. Dan dalam 11 tahun terakhir mereka beranggotakan lebih dari seratus Pengajar mahasiswa yang mengampu ratusan anak didik.

Naswa juga menjelaskan, Open Recruitment yang dilakukan oleh kagem jogja tidak dibuka setiap tahun, namun hanya disaat anggota punggawa yang aktif mengajar dirasa mulai berkurang.

Terakhir kali kagem jogja membuka open recuitmen adalah ditahun 2019, yang kemudian dibuka kembali tahun ini yaitu 2023. Untuk merekrut anggota punggawa, selain menggunakan sistem Open Recuitment, mereka juga menggunakan sistem relasi, dimana calon voluntir yang ingin bergabung bisa berasal dari teman punggawa yang sudah aktif.

Sistem pengajaran di kagem jogja tidak berfokus pada kurikulum yang mereka buat, mereka menyesuaikan keinginan anak-anak yang ada. jika mereka ingin bermain dahulu kemudian baru belajar itu bisa, namun tetap ada batasan waktu.

Sistem pengajaran yang sering dilakukan yaitu para siswa belajar dari tugas sekolah, mengulang materi pembelajaran sekolah yang sudah pernah dipelajari sebelumnya dan juga materi yang akan datang sesuai permintaan dari anak didik.

Selain belajar dari materi sekolahan, mereka setiap semesternya mengadakan belajar di luar untuk mencari suasana baru dengan konsep belajar sekaligus liburan.

Waktu mengajar anak-anak di kagem jogja tidak dilaksanakan setiap hari namun hanya tiga kali dalam seminggu, yaitu hari selasa dan kamis pada pukul empat sore hingga enam sore, dan Minggu pada pukul Sembilan pagi hingga sebelas siang. Dan untuk punggawanya mereka dibebaskan memilih untuk mengajar di hari yang sudah disediakan secara fleksibel.

Sistem Reorganisasi struktur di kagem jogja menggunakan sistem penunjukan langsung setelah dilakukan musyawarah oleh ketua divisi lama, kemudian didiskusikan bersama dengan seluruh Anggota Punggawa.

Struktur kepengurusan di kagem jogja diantaranya; Ketua Pendidikan, Divisi Dokumen, dan Divisi Pendidikan. Pada tahun 2019 saat pandemic covid-19 kagem jogja memiliki satu divisi lain yaitu divisi lingkungan, namun karena pandemic sudah berakhir maka divisi lingkungan dihilangkan.

Karena Kagem jogja adalah lembaga komunitas non-profit yang tidak berafiliasi dengan siapa pun, mereka tetap terbuka bagi siapa saja yang ingin berdonasi, selain itu pembiayaan Kagem Jogja juga dilakukan secara mandiri.

Dosen mata kuliah komunikasi kelompok dan organisasi Mochammad Sinung Restendy, M.sos menyampaikan bahwa kegiatan organisasi dan komunitas seperti kagem jogja pasti berawal dari kegelisahan dan keresahan, yang pada akhirnya menggerakan hati untuk berbuat dan membangun untuk mengatasi kegelisahan yang ada.

“Ini bisa jadi inspirasi dan cita-cita teman-teman mahasiswa yang lain untuk bisa mendirikan organisasi seperti Kagem jogja di domisilinya masing-masing, yang dapat sekaligus menjadi ladang amal juga. Saya kira program seperti kagem jogja dapat sangat menginspirasi” Pungkas Sinung saat menutup Sambutannya.

Pewarta : Ajril Lu’lu’a Zahroh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *