Nasionaljurnalis.com Bantul,
Yogyakarta Berawal dari konflik menjadi sebuah tempat yang teduh dan bertahan sampai sekarang.Itulah Gardu Action.
Tempat itu tidak jadi secara tiba – tiba , tetapi untuk mencapai kesuksesanya sekarang, tentu mengalami proses yang begitu Panjang.
Pada saat itu di tahun 2015, telah terjadi konflik sosial antara masyarakat barat dan timur. Di ketahui bagian barat itu ada masyarakat sosial Parangtritis dan bagian timur masyarakat Parangkusumo.
Parangtritis dan Parangkusumo adalah dua tempat yang sama, yaitu sama – sama pantai. Kedua tempat tersebut berdekatan.
Tetapi yang sering diketahui dan ramai di kunjungi oleh turis adalah Pantai Parangtritis. Al hasil jika Pantai Parangtritis ramai Pengunjung,
Parangkusumo hanya di lewati sebagai arus balik kendaraan, sehingga penduduk hanya mendapatkan debu saja, dan ketika sepi Parangkusumo mendapat sampah . Padahal Parangkusumo termasuk jalur masuk juga menuju Parangtritis.
Pak Indrana, seorang penduduk lokal Parangkusumo, yang bertahun – tahun merasakan kesusahan dan keresahan akibat banyak nya pegunjung di Parangtritis . Beliau tidak hanya diam, pada suatu ketika beliau akhirnya bergerak, menyuarakan keluh kesah warganya kepada pemerintah.
Pak Indrana “ Kalau Parangtritis ini rame, ya arus baliknya lewat sini, Jadi semua kendaraan lewat sini. Jatuhnya kita hanya dapat debu. Nah, kalo pas sepi di sini itu mbak, hanya untuk pembuangan sampah.
Pembuangan sampah sampai overload. Hal itu juga terjadi karena kurang perhatiannya pemerintah Bantul terhadap lingkungan. Dan akhirnya waktu itu saya punya gagasan sampah
Sampah saya tarik ke jalanan sampai pada akhirnya ada perhatian dari pemerintah kabupaten.
Saya di undang memenumui perwakilan pemerintah. Saya bilang “ Walaupun saya kayak gini, saya punya solusinya pak, Gimana pak, saya punya tempat antara depok dan Parangkusumo, paling ndak kita masuk ke utara 30 meter lah dari jalan raya biar ndak kelihatan dari jalan kalo sampah nya overload “ Saya bilang begitu sampai ada solusi lain dari pemerintah. “
Dulunya tempat yang sekarang menjadi gardu action hanyalah hutan yang sesekali warga setempat membuang sampah di sana, hingga menumpuk.
Hutan yang di pinggir – pinggrinya terdapat gardu – gardu kecil yang ramai oleh pemuda – pemuda, yang akhirnya berkerja sama dengan Pak Indrana untuk memanfaatkan tempat yang di penuhi oleh sampah tersebut.
Pak Indrana pun mempunyai solusi untuk membuat tempat ini menjadi tempat pengolahan sampah yang dilanjutkan hingga sekarang.
“ Dulu sebelum adanya gumok 1, 2, 3 , ya dulu kumpulnya disini mbak, makanya disini rame, nah, setelah setahun berjalan , sampah – sampah terolah dengan baik , anak – anak pada udah ada yang sekolah, ada yang udah di terima kerja, terus punya destinasi sendiri – sendiri , ya gumok – gumok itu.
Ya akhirnya disini itu sementara vakum sambil mencari ide – ide dan visi misi untuk tempat ini supaya lebih manfaat lagi. Tapi tidak lama setelah itu saya menggerakan kembali, hingga jadilah tempat Gardu action seperti saat ini “
Kreativitas dan semangat yang ada dalam jiwa pak Indrana dan kawan – kawanya berhasil membuat tempat yang indah nan asri.
Dimana sampah – sampah yang di olah tadi di sulap menjadi hiasan – hiasan cantik, yang membuat orang – orang lebih tertarik mengunjungi gardu action. Mereka mengelola nya dengan cara me recycle barang – barang bekas, menjadi suatu yang baru kembali .
Tak hanya botol – botol bekas, barang – barang bekas yang lainya pun dengan telatenya dirubah menjadi kursi, meja, bahkan juga spot – spot foto yang unik.
Hutan yang mulanya dipenuhi oleh sampah di sulap oleh komunitas pak indrana menjadi tempat yang nyaman untuk di kunjungi.
Dengan berjalanya waktu, gardu action mulai rame, tak hanya spot – spot foto dan hiasan – hiasan cantik yang ada disana, tetapi setiap sepekan sekali gardu action membuat acara Sunday and caring yang di ikuti oleh anak – anak warga sekitar.
Kegiatan tersebut di adakan, supaya anak – anak mendapat edukasi terkatin pengolahan sampah, bisa mengembangkan bakatnya , juga menambah wawasan anak – anak, dimana memang lingkungan disana kurang sehat, sehingga sangat di perlukan kegiatan bersama, supaya otak mereka tidak hanya terkumpul oleh asupan – asupan negatif oleh lingkungan sekitar.
Semua kegiatan yang dirintis oleh Pak Indrana terus berjalan hingga saat ini, pengelohan sampah yang menghasilkan uang, recycle – recycle sampah yang menjadikan benda – benda unik, dan anak – anak yang semakin semangat untuk belajar dan mengikuti kegiatan – kegitan yang positif. Semua bisa kita nikmati hingga saat ini .
Keberhasilan Pak Indrana tersebut tidak lepas dari bantuan – bantuan masyarakat sekitar juga pemuda – pemuda yang dengan sekuat tenaga bekerja sama membuat Gardu action. Tentu bangga menjadi Pak Indrana, bagaimana tidak, semua kerja kerasnya membuahkan hasil yang luar biasa.
Pewarta imroatul fauziah